Mengapa Stadion Piala Dunia Antarklub Setengah Kosong?

Penulis:LIVESCORE138 Waktu Terbit:2025-06-20 Kategori: news

## Mimpi FIFA di Tanah Arab: Mengapa Piala Dunia Klub Sepi Penonton?

Maroko, dengan keramahan dan kecintaan sepak bolanya, seharusnya menjadi panggung ideal bagi perhelatan Piala Dunia Klub.

Namun, alih-alih riuh rendah sorak sorai, turnamen ini justru bergulir di tengah kesunyian yang memprihatinkan.

Stadion-stadion megah hanya terisi separuhnya, sebuah ironi yang menggarisbawahi masalah pelik di balik ambisi besar FIFA.

Benar, **harga tiket yang selangit** menjadi salah satu biang keladinya.

Di tengah kondisi ekonomi global yang tak menentu, harga tiket yang melambung tinggi jelas menjadi penghalang bagi banyak penggemar lokal untuk menyaksikan langsung aksi tim-tim terbaik dari berbagai penjuru dunia.

Mengapa Stadion Piala Dunia Antarklub Setengah Kosong?

Namun, akar masalahnya jauh lebih dalam dari sekadar harga tiket.

**Promosi yang kurang gencar** juga menjadi faktor signifikan.

Kurangnya publisitas dan sosialisasi yang efektif membuat banyak penggemar sepak bola di Maroko, bahkan di Afrika Utara secara keseluruhan, kurang menyadari keberadaan turnamen ini.

Padahal, dengan strategi pemasaran yang tepat, FIFA bisa memanfaatkan antusiasme sepak bola di wilayah ini untuk menarik lebih banyak penonton ke stadion.

Namun, dari sudut pandang saya sebagai jurnalis olahraga yang telah meliput berbagai ajang sepak bola internasional, masalah yang paling krusial adalah **kurangnya daya tarik kompetitif**.

Piala Dunia Klub seringkali dianggap sebagai formalitas belaka bagi tim-tim Eropa dan Amerika Selatan.

Kesenjangan kualitas yang mencolok antara tim-tim dari benua lain membuat pertandingan terasa kurang kompetitif dan kurang menarik bagi penonton netral.

Statistik menunjukkan bahwa mayoritas penonton yang hadir adalah penggemar tim-tim yang berlaga, khususnya Real Madrid dan Flamengo pada edisi kali ini.

Sementara itu, dukungan untuk tim tuan rumah, Wydad Casablanca dan Al Ahly, cenderung fluktuatif dan tidak mampu mengisi kekosongan di tribun.

Saya pribadi berpendapat, FIFA perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap format dan daya tarik Piala Dunia Klub.

Alih-alih hanya berfokus pada aspek komersial, FIFA seharusnya lebih menekankan pada pengembangan sepak bola global yang berkelanjutan.

Salah satu solusinya adalah dengan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi tim-tim dari benua lain untuk bersaing secara lebih kompetitif.

Mungkin dengan mengubah format turnamen, memberikan lebih banyak kuota untuk tim-tim dari Asia, Afrika, dan Amerika Utara, atau bahkan dengan memberikan insentif finansial yang lebih besar bagi tim-tim yang berhasil mengalahkan tim-tim unggulan.

Piala Dunia Klub memiliki potensi untuk menjadi perayaan sepak bola global yang sesungguhnya.

Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, FIFA perlu mengatasi berbagai masalah yang ada, mulai dari harga tiket yang terjangkau, promosi yang gencar, hingga peningkatan daya tarik kompetitif.

Jika tidak, turnamen ini akan terus bergulir di tengah kesunyian, menjadi simbol dari mimpi yang tak terwujud.